Pimpinan Ponpes Aitam Assalafi Sukabumi: Hormati Perbedaan Pilihan Warga dalam Pemilu 2024

Bagikan Berita Ini

SUKABUMI , – Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) secara damai merupakan harapan dan keinginan semua pihak. Harapan yang sama disuarakan tokoh agama dari Kabupaten Sukabumi, Ustadz Edi Soheh melalui keterangannya, Minggu (28/5/2023).

Pimpinan pondok pesantren (Ponpes) Darul Aitam Assalafi Sukabumi ini mengimbau, untuk menghadapi Pemilu 2024 yang tinggal beberapa bulan lagi, masyarakat harus cerdas dalam mengkonsumsi informasi sehingga tidak terhasut berita-berita menyesatkan yang sengaja dibuat dan disebar untuk memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

“Informasi hoaks dan ujaran kebencian terhadap caleg atau parpol tertentu bisa merusak persatuan dan kerukunan yang selama ini sudah terjaga baik di tengah masyarakat,” ujar Ustadz yang sehari-hari mengasuh sekitar 45 orang santri yang didominasi anak yatim piatu di wilayah Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini.

Menurut ayah dua puteri ini, untuk menjaga persatuan dan kerukunan di tengah masyarakat, para Kyai dan Ustadz di wilayah Sukabumi sudah bersepakat untuk tidak menjadikan masjid, mushola, dan tempat-tempat ibadah untuk kegiatan politik, seperti kampanye maupun kegiatan lainnya terkait pemilu.

“Rumah ibadah hanya untuk kegiatan keagamaan, bukan untuk kegiatan Pemilu maupun Pilkada. Itu kesepakatan kami para Ustadz dan Kyai di wilayah Sukabumi,” tegas Ustadz Edi.

Pemilu yang damai, aman, lancar, dan tertib, lanjutnya lagi, akan terwujud dengan sendirinya kalau semua pihak ikut aktif menjaga lingkungannya dari praktik-praktik kotor yang mungkin dilakukan para kontestan Pemilu, entah itu Caleg maupun partai politik.

“Perbedaan pilihan dalam Pemilu atau Pilpres adalah hak demokrasi setiap warga. Mari kita hormati dan hargai, namun persatuan dan kerukunan harus tetap dijaga,” imbaunya.

Kepada kaum muda atau generasi milenial, Ustadz Edi meminta untuk tidak terprovokasi atau malah menjadi pelaku penyebar berita-berita hoaks dan ujaran kebencian tentang calon presiden, parpol, atau caleg tertentu melalui media sosial.

“Generasi muda yang tiap hari mengonsumsi informasi dari media sosial, mari kita lebih bijak dan cerdas. Jangan mudah terprovokasi oleh berita-berita yang belum jelas kebenarannya, dan jangan pula ikut-ikutan menyebarkan informasi hoaks, karena hal itu dapat merusak persatuan dan kerukunan di tengah masyarakat,” tutup Ustadz Edi.

(Rdwn)


Bagikan Berita Ini
Array

Berita Terkait