Dikunjungi Dewan Pers, Kami (LamanQu) Menepis “Badai”, Menyongsong Masa Depan

LamanQu Bekerja dengan Hati, Menggerakkan Potensi Diri

Reportasejabarsatu.co , – Sudah lima jam lebih pemuda ini menanti orang yang dinanti-nanti. Memang bukan terombang-ambing namun hati mereka bertanya selalu kapan si tamu ‘agung’ datang mengucap salam. Dan, mereka pernah bermimpi membawa sebuah laman yang menghimpun generasi nan kreatif.

Keinginan Afandi Mulya Kesuma setelah terpilih menjadi Direktur Utama PT Digital Media Sriwijaya sederhana saja: jalan terang untuk sebuah perjuangan. Tiga tahun berjalan, Afandi–biasa anak muda ini disapa mendirikan sebuah perusahaan Pers yaitu media siber LamanQu.co. Tiga tahun berjalan perusahaan media itu dijalankan. Menggarap informasi, mendalami pelbagai isu, menyuguhkan fakta tentu saja bagian penting bagi LamanQu.co.

Awal lahirnya LamanQu.co, sebuah gagasan yang agak mustahil: turut hadir mempersembahkan laman di tengah batang-batang yang luas. Ketika riset awal selesai, kegamangan Afandi bersama rekan-rekan makin menjadi-jadi. Berbagai anggapan miring tentang pelayanan publik, transparansi, serta kekuatan finansial seakan menemukan pembenaran. Kontes yang bakal memunculkan raja-raja kecil. Begitu burukkah?

>>  Herman Deru: Pemda Butuh Data dari BPS Sebagai Acuan dalam Proses Pembangunan

“Kami (LamanQu.co) sangat yakin masih ada orang yang bekerja bersih dan jujur. Ya, kami juga percaya media online LamanQu.co layak menyandang perusahaan yang dipercaya,” demikian kata Afandi Mulya Kesuma yang didampingi Arjeli Syamsudin kini menjadi Pemimpin Perusahaan LamanQu.co.

Tepat Selasa 25 Mei 2021, kehadiran Dewan Pers ke markas LamanQu.co sepertinya membantu menebalkan keyakinan itu. Di teras rumah nun di Jalan Letnan Murod, Lorong Belimbing Nomor 308, Kelurahan 20 Ilir DIV, Kecamatan Ilir Timur 1, Kota Palembang,
“Seluruh personil LamanQu.co sadar betul, sebuah perusahaan media yang baik harus mampu menggunakan kewenangan untuk menciptakan perbaikan layanan publik, pemberdayaan warga, meningkatkan kapasitas daerah,” selanjutnya Arjeli menimpali.

Pas selepas Magrib menjelang shalat Isya di kantor LamanQu.co ada peristiwa amat berarti. Ahmad Djahar dan Rita Sitorus, Anggota Dewan Pers berkunjung langsung ke kantor LamanQu.co. Sepertinya kedua insan Pers itu benar-benar “memukau” dengan pengetahuan “basah” para awak media LamanQu.co.

>> Polrestabes Bandung Amankan 5 Pelaku Begal yang Keroyok Pemuda di Bandung

“Bagi kami pertemuan perdana bersama Dewan Pers ini merupakan a few good men…,” cetus Nopriansyah, anak muda yang biasa meliput di Kepolisian Daerah Sumatera Selatan.

Selama proses pendataan dan ratifikasi oleh Dewan Pers, ada begitu banyak pelajaran berharga yang didapat oleh para ‘penjaga’ LamanQu.co. Yang terpenting, LamanQu.co bisa mengurus diri sendiri.

Bertahun-tahun LamanQu.co menyuguhkan ragam informasi publik, yang dengan berani pula menjelma menjadi ‘jembatan’ bagi semua elemen masyarakat di Republik ini, tanpa kehilangan label sebagai laman yang memadukan nilai-nilai kejurnalistikan.

“Tamu dari mana saja bebas duduk di teras kantor ini. Resep kita membangun LamanQu.co yang utama lurus hati, mulai berpikir sampai berbuat. Kami rasa masih banyak orang yang mau menekuni profesi wartawan dengan hati, untuk masa depan yang lebih baik,” sambung Rioni yang sekarang diposisi Jaringan Perusahaan LamanQu.co.

Lain Rioni lain pula Yanti. Perempuan tangguh di LamanQu.co itu terbukti memiliki talenta baik, kreatif, dan tahu benar cara memikat hati si narasumber. Dia rajin berkeliling demi mencari sebuah fakta informasi.

Kepiawaiannya dalam menulis terus diasah. Satu yang membanggakannya; bersama LamanQu.co gairah Yanti tiada pernah mati dalam mengayuh serta menuliskan seonggok potret kehidupan sehari-hari. Dan, wajar kirang nama Yanti patut diperhitungkan di dunia kewartawanan.

“Profesi wartawan itu sungguh terhormat. Arah LamanQu.co sudah benar, tinggal kita lanjutkan,” ucap Yanti dengan rambut sepinggang.

Afandi Mulya Kesuma, Arjeli Syamsudin, Nopriansyah, Rioni, Febriansyah, dan Yanti adalah orang-orang yang kini boleh dikata khalifah yang kini bertualang di dunia digital. Mereka memulai langkah dengan kesederhanaan akhirnya dekat di hati masyarakat.

“Jujur kami telah berkomitmen LamanQu.co bukanlah pencetak tembakau rokok ataupun pencetak batubata. Kami hanya ingin menjadikan LamanQu.co sebagai ruang taman untuk bertanam kebaikan dengan berazazkan Undang-undang Pers Nomor 40 Tahun 1999. Seperti kata orang terdahulu siapa yang menanam, dialah yang menuai. Siapa menabur angin, siap-siap untuk menuai badai,” Afandi menambahkan.

Bersebab Profesi Wartawan Makin Terseser

Selasa 25 Mei 2021 sekira pukul 19.10 WIB, di ruang tamu Kantor LamanQu.co serasa ada yang istimewa. Papan karangan bunga bertuliskan “Selamat Datang Dewan Pers di Kantor LamanQu.co” terpampang jelas di depan kantor.

Hari itu Ahmad Djahar Ketua Komisi Penelitian, Pendataan dan Ratifikasi Pers Dewan Pers dan Rita Sitorus, Anggota Dewan Pers sengaja berkunjung ke kantor LamanQu.co. Mereka datang tiada lain untuk melakukan verifikasi secara faktual kelengkapan administrasi media LamanQu.co. Akrab juga penuh dengan suasana keramahan terasa sekali di pertemuan tersebut.

Ahmad Djahar yang berpakaian kaus bewarna biru muda dengan topi ala koboi tampak akrab dengan personil LamanQu.id. Sedang Rita agaknya begitu menawan dengan pakaian bermotif batik.

Kali itu Ahmad Djahar menjawab lancar pertanyaan, meski dengan suara sedikit serak. Selama wawancara, empat kali ia menyeka pipinya dengan tisu, dan lima kali pula dia batuk kecil. Dan, beberapa kali pula ia menyesap cuka empek-empek yang terhidang di atas meja.

Di mata Ahmad Djahar saat ini mental wartawan makin bergeser. Jauh berbeda dengan era wartawan 10 atau 20 tahun silam. Apa gerangan yang sesungguhnya terjadi? Berikut petikan wawancaranya dengan Tim Redaksi LamanQu.co:

Bagaimana penilaian terhadap media terkini?
Wartawan yang tidak pernah memeroleh atau bahkan tidak mengikuti proses jurnalistik tidak ada bedanya dengan media sosial.

Pers itu pilar ke-4 dalam pembangunan?
Itu hanyalah teori di kiasan saja. Sesungguhnya kekuasaan adalah eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Apa tantangan yang dihadapi perusahaan media belakangan ini?
Ini adalah kepercayaan dari masyarakat luas. Untuk itu Pers harus menjaga keseimbangan. Saya bependapat terlalu mudah bikin media online sehingga banyak orang yang awalnya mau coba-coba. Padahal dia sendiri idak mampu.

Gaya tirunya keterlaluan. Namun, ketika disodorkan bagaimana soal persyaratan. Mereka pun ikut menggarong dana APBD. Padahal media sangat tidak berhak. Apa mungkin dengan informasi sedikit lalu mengambil dana pemerintah? Ini sangat-sangat tidak adil…!
Jadi apa yang harus diluruskan dari tren menjamurnya media?

Harusnya sebuah media itu menyajikan informasi yang mendalam, fakta dan terpercaya. Nah, dengan begitu si pemasang iklan akan mau beriklan. Seharusnya seperti itu. Bukan minta stempel dari Dewan Pers lalu bergantung dengan pemerintah.

Saya tidak menutup mata bahwa fenomena media sekarang ini latah. Makanya media profesional sehingga efek sumber pendapatan bisa diraih.

Media harus lebih kreatif, Anda sepakat?
Betul. Saya sangat-sangat sepakat. Ya artinya perusahaan media haruslah memberikan nilai lebih. Kalau koran ya masa lalu. Bukan sekadar tulisan saja. Proses mengarah kesatu folder atau pola. Ibaratnya media yang tangguh adalah media multi produk.

Tantangan media ke depan?
Kalaulah sebuah perusahaan media tidak mampu menciptakan nilai lebih, maka akan ditinggalkan. Risikonya? Dia harus mengais-gais ke sana ke mari. Meminta-minta beriklan dengan pemerintah. Itu yang terjadi, kan…?
Fokus ke profesi wartawan, seperti apa mental wartawan akhir-akhir ini?

Saya tidak mengagung-agungkan di zaman saya. Dalam hal ini profesi teman-teman wartawan, saya melihat terlalu manja dengan fasilitas. Kalau dulu? Untuk mencari informasi, saya malam harinya harus baca literatur referensi dahulu. Harus buat rencana untuk hari esok. Nah, sekarang cukup buka internet. Tidak ada upaya sekeras dahulu…

Semuanya tersedia. Misalnya, ada bupati beri peryataan lalu dijadikan berita. Itu sebabnya kualitas berita jadi menurun. Belum lagi kemalasan. Yang seharusnya dibaca berulang-ualan sebelum ditayangkan.
Apa harapan Dewan Pers untuk media ke depannya?

Insan Pers seluruh Indonesia hharuslah enjadi wartawan profesional dalam menjalankan pekerjaannya dengan kesungguhan, berkarya, integritas untuk mejunjung kepentingan publik.
Itu bertujuan untuk menjaga demokrasi. Mari kita menjaga demokrasi ini.

Besar harapan saya di Pers ini, mengerti hak dan kewajiban. Selain itu, wartawan harus tau hak wartawan, hak narasumber dan masyarakat. Makanya wartawan itu ikut Uji Kompetensi Wartawan. Dan wartawan harus idealis dalam menjalankan tugasnya serta menjaga Kode Etik Jurnalistik. (Rinaldi Syahril Djafar)

(afd)

Bagikan Berita Ini
Array

Berita Terkait